Pemilihan Umum akan dilangsungkan dalam waktu kurang dari sebulan. Masing-masing pasangan capres dan cawapres, Joko Widodo-Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa bersaing untuk memperebutkan kursi RI-1. Hal ini terlihat dari gencarnya kampanye yang belakangan ini dilakukan ke berbagai daerah.
Pemilu kali ini juga diramaikan dengan kampanye hitam dan kampanye negatif. Menurut Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, penyebabnya adalah masa kampanye pilpres yang cukup singkat. Politisi melakukan tiga jenis kampanye, yakni kampanye hitam, kampanye negatif dan kampanye positif.
Burhanuddin melangsungkan diskusi yang bertema “Efek Kampanye Negatif Dalam Pilpres 2014” di Jakarta, kemarin (15/6). Menurut berita yang dilansir dari Tribunnews, Burhanuddin menyampaikan bahwa tim informal atau dikenal dengan sebutan tim siluman dari pasangan capres dan cawapres memiliki peluang melakukan kampanye hitam.
"Disebut tim siluman karena mereka memang kerja di ranah dirty job, pekerjaan kotor dan karenanya secara formal tidak terafiliasi dan tidak terdaftar di KPU. Tetapi mereka punya hubungan dengan capres atau cawapres,” ungkapnya.
Selain tim siluman, kampanye hitam juga turut melibatkan pendukung kedua capres. Hal ini dilakukan berdasarkan inisiatif pendukung yang tidak punya korelasi dengan calon presiden. Kampanye hitam dianggapnya lebih berbahaya daripada kampanye negatif. Penyebabnya adalah persepsi yang ditimbulkan lewat kampanye hitam akan sangat mempengaruhi walaupun isu yang diangkat berbeda dari fakta sebenarnya.
Sumber : Berbagai sumber by tk